Oleh : Edmond F. La’lang (Pengamat Ekonomi dan Lingkungan Hidup)
Tapi
menurut Robert E. Lucas (1976), dalam meramalkan perekonomian, hendaknya para
ekonom menekankan pada isu bagaimana masyarakat membentuk ekspektasi tentang
masa depan. Ekspektasi memainkan penting dalam perekonomian. Sebab ekspektasi
mempengaruhi semua bentuk perilaku ekonomi.
Menurut pendapat kami,
ekspektasi adalah sebuah harapan dan persepsi yang baik di masa depan yang
dapat diukur secara kualitatif, seperti indeks kepercayaan konsumen &
pebisnis, needs and wants konsumen. Tetapi hal ini belumlah cukup untuk
memahami secara real dan bersifat jangka panjang, karena
belum memasukkan kondisi biologis (bioritmik dan kesehatan), biofisika,
bio-kimia, psikologi, sosial dan lingkungan hidup yang akan mempengaruhi
intensitas dan kualitas perilaku ekonomi. Untuk itu ilmu ekonomi perlu
memasukkan semua unsur kompleksitas manusia dalam setiap perhitungan
prediksinya, sehingga akan membentuk “ilmu ekonomi holistik” yang
lebih kompleks agar dapat menjawab semua dinamika manusia yang sangat kompleks,
termasuk dinamika homo economicus secara makro nasional, regional dan global.
Seperti berbagai jenis obat kedokteran yang selama ini memakai bahan kimiawi
yang sering memberikan “side effects”
yang merugikan pasien, dimana pada abad biologi ini akan ditemukan berbagai
jenis obat natural (real herbal) dengan komposisi senyawa bio-kimiawi kompleks
untuk menyembuhkan bahkan mencegah terjadinya berbagai penyakit, demikian juga
ilmu ekonomi linier ini justru seringkali kebijakannya tidak memberikan efek
penyembuhan ekonomi secara benar dan total (trickle down effect, ekonomi
pembangunan, kebijakan fiskal dan moneter), tetapi justru makin membuat kondisi
ekonomi, termasuk kemiskinan, jurang kaya dan miskin serta pengangguran yang
makin banyak dan parah.
Selama ini kita hanya menyalahkan kapitalisme,
globalisasi, perdagangan bebas, proteksionisme, tapi sebenarnya “root cause”nya adalah ketidakmampuan
ilmu ekonomi mengelola perekonomian dunia secara baik dan benar, termasuk
berbagai prediksi dan asumsi yang selalu meleset dan selalu direvisi
berkali-kali. Jadi makin kompleks suatu metoda maka makin cermat, akurat dan
cepat dapat menyembuhkan suatu masalah (problem solving) yang akhirnya menuju
suatu sistim preventif dengan early warning economic system, sehingga para
ekonom dapat menghindarkan terjadinya suatu turbulensi, gejolak dan kepanikan
homo economicus menuju kondisi krisis ekonomi. Dan menurut ramalan Prof. Smith
(MIT) bahwa pada 2020 – 2030, dunia sudah makin lebih cepat bergerak dan
antisipatif jika memakai ilmu biologi sebagai pondasi dari semua ilmu karena
pada abad XXI ini adalah “Abad
Biologi” dimana manusia tidak harus selalu pasrah pada suatu krisis
dengan problem solving yang memakan biaya tinggi (bayar mahal konsultan bisnis
dan ekonomi), kerugian akibat krisis dan korban akibat bencana alam serta
krisis ekonomi, sosial dan politik secara lokal, nasional, regional dan global,
dimana akan banyak profesi (guru, dokter, pialang, dan lain-lain.) dan beberapa
ilmu akan hilang atau merger dengan ilmu-ilmu lainnya,
termasuk ilmu ekonomi, matematika dan statistika.
Meski perekonomian
Indonesia menunjukkan tanda-tanda perlambatan, hendaknya ini tidak membuat kita
pesimistis. Ada beberapa indikator yang menujukkan ketahanan ekonomi nasional
cukup baik. Salah satunya, neraca transaksi berjalan masih surplus, kendati
angkanya terus menyusut. Data terakhir BPS juga menujukkan membaiknya neraca
perdagangan biarpun ekspor Februari 2009 turun 32,86 % (yoy) dan turun 34,52 %
dibandingkan Januari 2009. Perbankan juga relatif solid, dengan semua indikator
kesehatan perbankan (ROA, ROE, NIM dan CAR) di atas rata-rata negara tetangga.
Memang Indonesia tidak
akan mengalami dampak langsung dari tsunami finansil, kecuali pada pasar saham
dan uang serta sektor ekspor (demand menurun) dan import (pelemahan Rupiah).
Neraca perdagangan setelah April nanti akan cenderung menurun terus sesuai
tingkat demand global terhadap ekspor Indonesia. Perbankan memang relative
stabil, karena rendahnya exposure terhadap produk derivatif sub-prime mortages
(hanya pada beberapa bank dan institusi keuangan lainnya). Tetapi yang harus
diwaspadai ke depan adalah outstanding kredit sector riil, khususnya industri pengekspor
yang akan sulit membayar hutangnya oleh anjloknya ekspor mereka, penurunan daya
beli karena PHK di sektor industry yang akan sulit mencicil bahkan default
semua kredit konsumsinya. Belum lama ini telah ada korban baru yaitu Bank IFI,
selain Bank Century yang telah dilikuidasi BI dan menurut kami jika perbankan
tidak hati-hati, khususnya bank kecil dan menengah serta mungkin juga bank
besar (tidak mempan pemeo too big too fail, seperti beberapa bank besar dunia
Lehman Brothers, Merril Lynch, Goldmansach, Citibank, dll) akan mengalami
kerugian besar dan bahkan bangkrut jika tidak melakukan berbagai upaya
prudential banking, penerapan manajemen risiko serta kredit konsumsi tanpa
underlying asset dan income yang memadai secara terencana dan terkendali dengan
baik pada kelompok kecil menengah bawah yang rentan terhadap gejolak dan krisis
ekonomi.
Momentum mengakselerasi
Optimisme
juga terpancar dari kalangan konsumen. Hasil survey konsumen oleh Danareksa
Research Institute memperlihatkan, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Maret 2009
naik 5,9 %. Pada Februari lalu, IKK juga naik, tapi hanya sebesar 2,6 %.
Meskipun masih di bawah level optimistis, IKK sebesar 87,8 poin merupakan angka
ter- tinggi dalam dua tahun terakhir (KONTAN, 3/4).
Ekspektasi
masyarakat yang membaik tersebut tentunya jangan membuat para pengambil
keputusan berleha-leha. Kondisi tersebut justru harus mereka jadikan momen- tum
untuk mengakselerasi berbagai pelaksanaan program pembangunan, antara lain percepatan
realisasi stimulus fiskal – terutama stimulus
di sektor infrastruktur. Nilai stimulus untuk proyek
infrastruktur dialokasikan Rp. 12,2 Trilyun. Tadinya, dana ini bakal mulai
dicairkan pada 18 Maret lalu, tapi tidak berjalan mulus karena terhambat dalam
pembentukan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA). Kelima departemen yang
DIPA-nya masih macet adalah Departemen Perhubungan yang mendapat jatah tambahan
anggaran Rp. 2,19 Trilyun, Departemen Kelautan dan Perikanan (Rp. 100 miliar),
Departemen Pertanian (Rp. 650 miliar), Departemen Perdagangan (Rp. 215 miliar),
serta Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Rp. 300 miliar).
Padahal bila
realisasi stimulus infrastruktur berjalan mulus, itu dapat menciptakan multiplier
effect bagi perekonomian. Dengan begitu, hal ini akan membentuk ekspektasi
positif bagi masyarakat. Karena itu, para pengambil kebijakan perlu memiliki
sense of urgency, sehingga dapat bekerja cepat dalam merealisasikan proyek
stimulus infrastruktur.
Menurut kami, dengan naiknya Indeks
Kepercayaan Konsumen dengan data pe- ngambilan sampel yang random dan uji
statistika, belumlah merupakan kondisi riil dari ekspektasi dan antusiasme
masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke depannya. Karena IKK ini juga akan
mengikuti alunan fluktuasi perkembangan dinamika ekonomi yang ada di
masyarakat. Seringkali kita terjebak oleh symptom atau gejala sesaat yang
justru meru- pakan isyarat reversible bahwa kondisi ekonomi belum membaik
bahkan cenderung turun terus. Hal ini terlihat jelas pada pergerakan IHSG,
Rupiah, Komoditi yang kadangkala kita tertipu oleh persepsi, padahal riilnya
adalah naik untuk turun atau turun untuk naik.
Percepatan cair dan
implementasi stimulus ekonomi, utamanya infrastruktur tidak akan berdampak
langsung hingga akhir kwartal II dan mulai terasa pada kwartal III – IV yaitu Agustus hingga Desember 2009, mirip
pelaksanaan berbagai anggaran APBN selama ini.
Stimulus ekonomi ini
hanyalah berdampak sesaat saja dan magnitudenya tidak terlalu besar dirasakan,
khususnya oleh masyarakat menengah ke bawah, dimana stimulus infrastruktur yang
dapat menampung tenaga kerja hanyalah sebesar Rp. 12,5 Triyun. Sisanya malah
diperuntukkan bagi pemotongan pajak di industri dan departemen yang rawan
penyelewengan dan korupsi, sehingga tidak berdampak terlalu signifikan. Menurut
kami, stimulus sebesar Rp. 87 Trilyun adalah masih kurang dan perlu ditambah
menjadi Rp. 150 – 200 Trilyun, khususnya bagi infrastruktur, UKM dan daya beli
masyarakat. AS saja dengan stimulus US$ 1 Trilyun (Rp. 11. 000 Trilyun), belum
memberikan efek ber- arti di perbankan, industri, properti dan masyarakat,
kecuali di bursa saham dan komoditi dengan ekspektasi bahwa stimulus dapat
berjalan baik untuk menggairahkan ekonomi. Tetapi apakah ekspektasi di bursa
saham dan komoditi dapat diikuti oleh ekspektasi di sektor riil dan konsumsi
masyarakat serta benar-benar dapat memicu pertumbuhan dan aktivitas ekonomi
secara nyata, tentulah kita sebaiknya “wait
and see” kinerja Obama serta terlalu dini untuk mengatakan bahwa
ekonomi AS berada di jalur berkelanjutan.
Anda dapat melihat Prediksi Bulanan dan Mingguan
di Pasar Forex, Indeks Dunia dan Komoditi
Kontak :
Edmond F. La'lang
Email : edmond.lalang@gmail.com
Telp. : +62031-3538606
HP : +62081-553080521
Linkedin :
http://www.linkedin.com/home?trk=hb_tab_home_topKontak :
Catatan Kaki :
Fluktuasi jangka pendek (harian dan mingguan) akan terjadi secara alamiah yang dipengaruhi oleh kondisi mental, gairah, selera, motivasi dari psikologi massa global untuk mengambil posisi perdagangan dalam sebuah pasar yang padat dan sering bersifat chaos. Jika ada data atau berita yang sangat fundamental dari kondisi ekonomi, bisnis dan politik, pergerakan fluktuasi grafik harganya akan terjadi secara dinamis dan bergejolak baik meroket maupun jatuh bebas yang melebihi dari peramalan hariannya. Tetapi secara jangka menengah dan panjang bagi investasi akan dipengaruhi secara dinamis oleh biosiklus dan bioritmik dari hukum dan kekuatan alamiah yang selalu bergerak dinamis naik dan turun. Jadi anda bukan saja harus berglobalisasi dengan sistim internet tapi juga sekarang seharusnya mempunyai visi dengan cara *Galaxisasi dengan Galaxinet* (Astronomis).
Dimana kita dapat mengetahui alunan dan kondisi Alam Semesta Raya ini dalam jangka pendek (10 tahun), jangka menengah 50 tahun maupun jangka panjang 100 - 200 tahun) yang akan juga secara nyata dalam sebuah "Kepastian Hidup (certainty) dan bukannya Ketidakpastian (uncertainty)" yang selalu dikeluhkan banyak pihak, termasuk para pemimpin pembuat kebijakan negara, para pemimpin kebijakan bisnisnya (pengusaha industri dan pedagang) maupun para pakar di berbagai bidang kehidupan. Pengaruh Kekuatan dan Hukum Galaxi (Alam Semesta Raya) ini pasti akan selalu mempengaruhi pada setiap aspek kehidupan kita di atas planet bumi ini, baik disadari maupun tidak disadari untuk diantisipasi dengan baik dan benar.
Anda dapat melihat Prediksi Bulanan dan Mingguan
di Pasar Forex, Indeks Dunia dan Komoditi
Edmond F. La'lang
Email : edmond.lalang@gmail.com
Telp. : +62031-3538606
HP : +62081-553080521
Linkedin :
http://www.linkedin.com/home?trk=hb_tab_home_topKontak :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar