Kamis, 22 Maret 2012

Asumsi-asumsi dan Simulasi Linier Matematis


Oleh : Edmond F. La’lang (pemerhati ekonomi dan lingkungan hidup)
           Ilmu ekonomi banyak menggunakan berbagai asumsi-asumsi sebagai parameter dalam menghitung laju pertumbuhan ekonomi beserta faktor-faktor pengaruhnya yang sering tidak mewakili kondisi sebenarnya yang berkembang di dalam ekonomi lokal dan dunia luar. Ekonom mensimulasi rumus-rumus turunan (derivat) secara matematis yang akan diuji secara statistik (uji kejujuran dan standar deviasi terhadap validasi data) dalam bentuk pola koordinat yang berbentuk garis lurus. Dengan demikian selain hasil metoda ekonomi hanya bersifat tertutup dan sederhana, juga tidak menggambarkan aspek kondisi biologis, psikologis, harapan dan kebutuhan dasar serta kemajuan teknologi manusia yang umumnya bersifat kompleks dan berdimensi 2 – 3 dan tidak mampu diukur secara akurat oleh metoda ekonomi linier yang berdimensi  lebih rendah yaitu dimensi1. Pada dasarnya garis linier (lurus) akan dikuasai oleh dimensi ke 2 (garis kwadratik yang melengkung) berbentuk bidang (X Y). Dimensi ke 2 dikuasai oleh dimensi ke 3 berbentuk ruang / volume (X Y Z), dimana kompleksitas manusia sebagai mahluk biologis, psikologis dan sosial akan banyak menggambarkan dimensi ini. Area ini akan banyak digeluti oleh bidang biologi murni, biologi terapan (kedokteran, pertanian, perikanan, kehutanan dan bioteknologi),  filsafat, psikologi, sosiologi, seniman, feng sui & hong sui dan sekarang mulai berkembang di bidang teknologi informasi (dimensi 3), komunikasi (3 G), termasuk bidang pasar finansil (financial astronomis) dan program computer artificial intelligent, bio-hibrid, dan lain-lain.

          Manusia yang hidup di dunia ini akan selalu dipengaruhi oleh dimensi 1 – 4 dalam bentuk pengaruh fisik dan kimiawi (dimensi 1 – 2), pengaruh biologis untuk bertumbuh dari saat lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa, menua dan mati yang  mempengaruhi perkembangan fisik, biologis dan psikologis sesuai dengan tingkat perkembangan budaya,  pendidikan, prestasi, status sosial yang sesuai dengan “piramida Maslow” dalam pencapaian needs & wants menuju aktualisasi diri dari seorang individu dan kelompok sosialnya (dimensi 3) dan kehidupan dan ketaatan beragama (dimensi 4). Model teori ekonomi yang tertutup, sederhana dan linier ini tentulah tidak dapat mengantisipasi dan memprediksi secara tepat dan akurat dalam jangka menengah (bulanan-tahunan) hingga jangka panjang (dekade dan abad). Ilmu ekonomi dapat memprediksi dengan baik jika pada kondisi ekonomi tertutup, monopolistis dan sederhana sebagai faktor internal tanpa memperhitungkan faktor eksternal. Dan menurut M. Dawam Raharjo (Cakrawala, harian Bisnis Indonesia, 29-02-2004) bahwa ekonom tidak mempertimbangkan faktor budaya dalam rumus ekonominya. Padahal budaya adalah gambaran dinamika manusia untuk bertumbuh, berkreasi, berkelompok dan berorganisasi sesuai norma dan adat kebiasaan dalam kehidupannya setiap hari, tergantung apakah tertutup, statis dan konservatif atau terbuka, dinamis dan modern yang akan menentukan tingkat kemajuan bangsa itu sendiri, termasuk ekonominya.

            Juga menurutnya bahwa Greenspan ekonom terkenal dan Ketua Federal Reserve Board tentang kasus Rusia yang setelah meninggalkan sistim sosialis ternyata tidak serta merta mampu mengembangkan ekonomi pasar bebas (tetapi beliau lupa dengan kemajuan Cina yang akan menjadi negara maju sekuat USA pada 2020). Sehingga ia berucap ternyata not nature at all, but culture.  Selama itu sebelumnya, ia melihat bahwa pasar itu seperti alam, punya hukum-hukum pasti, sebagaimana pandangan ekonom umumnya. Hal ini terjadi kontroversi dalam rumus dan praktek ekonomi yang justru bersifat linier semata. Menurut kami, sebenarnya jika ekonom memasukkan hukum-hukum alam, khususnya biologis maka akan jelas adanya suatu “kepastian hukum alam” karena memang alamlah yang membuat terjadinya suatu siklus dalam peradaban (culture) manusia, termasuk siklus ekonomi (recovery, prosperity and recession) dalam perjalanan ruang dan waktu.  Seperti paragraph di atas bahwa Adam Smith membuat teori dasar ekonomi berdasarkan hukum alam, tetapi dalam penerapan rumus, teori dan praktek sudah tidak mengimplementasikan pemikiran Bapak Ekonomi ini. Mereka saat ini justru berkutat pada rumus-rumus matematis dan statistik yang bersifat linier belaka tanpa menyertakan berbagai rumus dan realitas hukum alamiah, seperti fisika, kimia dan biologi. Ekonom hanya menurunkan (derivat yang sekarang marak dalam bentuk berbagai bentuk bisnis financial derivatives) rumus matematik empiris dan asumsi – asumsi ekspektasi linier tanpa memperhatikan hukum natural (dimensi II – III) dan hukum supernatural (dimensi IV) yang akan selalu sangat mempengaruhi siklus dan gejolak budaya dan peradaban manusia, (termasuk ekonomi), yang hasilnya jelas terlihat bahwa pembangunan ekonomi dan perkembangan teknologi yang sering tak ramah terhadap lingkungan alam dan sosial.

            Jadi semestinya ekonom dan teknolog lebih menyandarkan diri pada teori relativitas Einstein, E = mC2 untuk menghasilkan enersi, profit dan hasil berlimpah tanpa harus mengorbankan banyak biaya modal, kerugian (akibat risiko siklus dan gejolak ekonomi), pemborosan SDA, kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan hidup dengan efisiensi pemakaian m (mass) dalam kuantitas lebih sedikit, tetapi memperbesar kecepatan kwadrat (c2), seperti proses hasil yang dilakukan oleh Nannoteknologi.  Inilah yang dialami banyak  negara, khususnya di era globalisasi yang terbuka dari berbagai inovasi dan pengaruh teknologi, produk, likuiditas uang, budaya serta teknologi informasi dan telekomunikasi, khususnya aliran modal di pasar valas, uang dan saham yang bergerak cepat di seluruh dunia dan mampu menimbulkan gejolak dan turbulensi ekonomi suatu negara dan regional.  Ilmu ekonomi matematis dan statistik tidak dapat memprediksi, menghindari dan membuat peringatan dini terhadap suatu kejutan dan gejolak perubahan eksternal yang begitu cepat, massif dan kadangkala ganas jika suatu negara, masyarakat, perusahaan dan individu tidak siap dan mampu mengantisipasi kejutan ini layaknya “second and third wave”  Alvin Toffler. 
  
 Catatan Kaki :

         Fluktuasi jangka pendek (harian dan mingguan) akan terjadi secara alamiah yang dipengaruhi oleh kondisi mental, gairah, selera, motivasi dari psikologi massa global untuk mengambil posisi perdagangan dalam sebuah pasar yang padat dan sering bersifat chaos. Jika ada data atau berita yang sangat fundamental dari kondisi ekonomi, bisnis dan politik, pergerakan fluktuasi grafik harganya akan terjadi secara dinamis dan bergejolak baik meroket maupun jatuh bebas yang melebihi dari peramalan hariannya.  Tetapi secara jangka menengah dan panjang bagi investasi akan dipengaruhi secara dinamis oleh biosiklus dan bioritmik dari hukum dan kekuatan alamiah yang selalu bergerak dinamis naik dan turun. Jadi anda bukan saja harus berglobalisasi dengan sistim internet tapi juga sekarang seharusnya mempunyai visi dengan cara *Galaxisasi dengan Galaxinet* (Astronomis). 
         Dimana kita dapat mengetahui alunan dan kondisi Alam Semesta Raya ini dalam jangka pendek (10 tahun), jangka menengah 50 tahun maupun jangka panjang 100 - 200 tahun) yang akan juga secara nyata dalam sebuah "Kepastian Hidup (certainty) dan bukannya Ketidakpastian (uncertainty)" yang selalu dikeluhkan banyak pihak, termasuk para pemimpin pembuat kebijakan negara, para pemimpin kebijakan bisnisnya (pengusaha industri dan pedagang) maupun para pakar di berbagai bidang kehidupan. Pengaruh Kekuatan dan Hukum Galaxi (Alam Semesta Raya) ini pasti akan selalu mempengaruhi pada setiap aspek kehidupan kita di atas planet bumi ini, baik disadari maupun tidak disadari untuk diantisipasi dengan baik dan benar.

Anda dapat melihat Prediksi Bulanan dan Mingguan 
di Pasar Forex, Indeks Dunia dan Komoditi 


Kontak :

Edmond F. La'lang
Email  :   edmond.lalang@gmail.com
Telp.    :  +62031-3538606
HP         :   +62081-553080251
Linkedin : 
http://www.linkedin.com/home?trk=hb_tab_home_topKontak :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar