Kamis, 22 Maret 2012

Efek Kebijakan Moneter Zero Rate dan Program Quantitative Easing (QE) akan berpotensi menuju kondisi Ekonomi Deflasi bahkan Depresi Besar

Oleh : Edmond F. La’lang (pengamat ekonomi dan lingkungan hidup)

             Kebijakan Moneter yang kurang perhitungan dengan memotong suku bunga kredit yang agresif dari bunga tinggi ke bunga rendah (era Alan Greenspan pada 2001) dan program Quantitative Easing / QE (era Ben Bernanke 2008) untuk segera memulihkan krisis ekonomi sekaligus untuk meredam Deflasi adalah sebuah kebijakan yang keliru yang justru mempercepat terjadinya penurunan kondisi ekonomi sektor Riil, Efek Deflasi bahkan akan menuju Depresi Besar. Ini adalah sebuah kebijakan yang tidak bijaksana jika menurunkan secara cepat suku sebuah kebijakan yang tidak bijaksana jika menurunkan secara cepat suku bunga acuan Bank Sentral untuk sebuah penanganan yang panik dari suatu krisis yang tidak bersifat sistemik dan mekanisme organis yang bersifat structural, seperti kasus Tragedi WTC New York 911.  Hal inilah yang menyebabkan adanya pemicu kredit murah properti dan konsumsi untuk menggenjot pembangunan properti oleh pengembang dan konsumsi barang mewah (mobil, motor dan elektronik) oleh kalangan industri tanpa angunan sekalipun serta analisis risiko kredit yang minimalis bahkan mungkin tanpa analisis kredit. Sehingga maraklah pembangunan properti dan kegiatan industri yang didukung oleh perusahaan kredit konsumsi property dan barang mewah serta leasing untuk industrinya tanpa mengetahui risiko sistemiknya akibat gagal bayar (default) dalam  jangka panjangnya. Pemberian kredit justru banyak menyasar pada kalangan menengah bawah yang sering sangat rentan terhadap sebuah gejolak, krisis dan resesi ekonomi karena mereka umumnya hanyalah kalangan pekerja, buruh biasa dan UKM tanpa suatu cadangan dana yang besar dan bisnis pendukung yang memadai.

           Hal ini sebenarnya telah saya khawatirkan pada tahun 2001 (Tragedi WTC 911) sejak Gubernur FED, Alan Greenspan untuk menurunkan suku agresif dari 5,75% (2001) menjadi 1,0% (2003) yang akan memiliki pengaruh suku bunga rendah pada kegiatan bisnis. Dalam sifat-sifat tertentu peminjam kredit perusahaan, kreditur property dan konsumsi akan cepat mengambil kredit dengan bunga rendah tapi bersifat mengambang (floating credit rate) secara membabi buta tanpa mengetahui risiko di masa depannya bahkan sekaligus diderivatif berjenjang (10 tingkat) oleh perbankan investasi dan asuransi. Dana murah ini juga dipakai dengan cara "Carry Trade" untuk diinvestasikan di negara-negara yang memiliki suku bunga dan hasil guna yang tinggi pada untuk sektor riil untuk mendukung penguatan pertumbuhan ekonominya.  Alasan dari kebijakan moneter the Fed (Ben Bernanke) adalah untuk memberikan semacam stimulus dan penguatan agar ekonomi AS tidak terjatuh ke jurang Deflasi tapi ternyata tak mempan. Lalu dilakukanlah program QE untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi AS agar tak stagnan, tapi n ternyata juga tak berefek besar, karena dana printing money ini justru untuk membeli aset busuk dan beracun dari bank-bank besar dan bukannya memberikannya ke sektor riil agar bisa bangkit kembali setelah mendapatkan dana segar. Hal ini memang tak bisa dilakukan karena the Fed hanya mencetak uang baru hanya dari udara tipis (thin air) tanpa didukung oleh kondisi keuangan yang baik, dimana hutang pemerintah AS makin melambung tinggi, progres pertumbuhan ekonomi riil sangat kecil bahkan menurun yang menyebabkan kondisi deflatoir (apakah data yang direlease oleh pemerintah tentang indikator ekonomi itu benar, ini menjadi sebuah tanda tanya besar atau hanya berupa false data semata). Dengan demikian yang terjadi adalah kondisi berkebalikan dimana kondisi ekonomi riil makin payah dimana kelompok menengah AS menjadi kelompok miskin dan kelompok miskin makin miskin untuk terus tergantung pada bantuan pemerintah yang juga berasal dari berbagai hutang untuk membiayainya. Sebaliknya di pasar uang, seperti pasar saham, obligasi, forex dan derivatif keuangannya justru makin meroket harganya (ini yang disebut ahli keuangan AS sebagai inflasi finansil dan bukannya inflasi riil yang selalu dilaporkan oleh Badan Statistik berupa CPI : indeks inflasi konsumen dan PPI: indeks inflasi produsen) untuk terus menspekulasikan dana QE (hot money) ke seluruh dunia yang menyebabkan meroketnya berbagai bursa saham dunia tanpa didukung oleh fundamental ekonomi riil yang kuat untuk akhirnya nanti akan menyebabkan keruntuhan finansil dan sektor ekonomi riil, karena kerapuhan bangunan ekonominya.  
          Tapi memang inilah salah satu cara dari Hukum Tuhan dan Alam untuk mengembalikan gelembung ekonomi AS dan dunia untuk kembali ke dasar (dunia nyata tanpa sebuah mimpi indah dengan cara menggelembungkan tingat harga secara berlebihan (High Bubble Economy), sehingga manusia tidak harus agresif tumbuh secara tidak rasional, cepat dan berlebihan. Tragedi ini mulai terjadi dan menumpuk secara akumulatif pada saat the Fed mulai secara perlahan menaikkan bunga acuannya kembali ke tingkat 6,5 % dalam waktu 3 tahun, sedang pengembalian bunga kredit propertinya justru bersifat jangka panjang yaitu 5 – 20 tahun. Tentunya tidak match antara pinjaman yang berjangka pendek dengan investasi yang berjangka panjang. Akibatnya hamper semua kreditur property dan sedikit kreditur barang mewah yang kesulitan membayar cicilannya dan akhirnya harus disita kembali serta pengembang dan multifinance, khususnya Fannie Mae dan Freddie Mac akan kesulitan likuiditas untuk membayar hutang banknya serta anjloknya nilai sahamnya akan memberikan efek domino yang dahsyat.
Dengan bencana pasar saham dunia, terutama di AS dan Eropa selain kerugian besar di setiap tingkat agen-agen ekonomi, ritel investor, termasuk pensiun menempatkan dananya di marlet saham. Kerugian ini akan menambah semakin banyak orang miskin dengan daya beli juga menurun. Dan efeknya adalah Amerika Serikat, Eropa dan Jepang mulai tenggelam ke masalah utang default yang wajah dalam Greek.Iceland, Portugis dan mungkin ke Spanyol, Italia, Perancis dan Inggris jika mereka tidak memiliki solusi cerdas untuk utang yang tinggi. Untuk pemecahan masalah, Uni Eropa telah membantu menyelamatkan dengan dana besar dan dari IMF dan tentu saja memotong anggaran mereka untuk efisiensi. Kondisi yang sama yang wajah dari USA dengan utang lebih besar pada US $ 14,1 Trilyun utang dan mungkin ingin lebih utang yang sangat dalam beberapa tahun untuk menutup defisit anggaran pemerintah mereka dan The Fed masih memberikan QE 2 ke pasar keuangan yang berarti untuk menciptakan lapangan kerja dan memicu untuk pemulihan ekonomi dengan tingkat bunga lebih rendah. Dan QE 3 akanlah akan kembali datang setelah QE 2 ? Ini adalah kondisi sulit untuk melakukan itu tanpa pekerjaan lebih banyak untuk mengurangi pengangguran tinggi.  Selama ini ternyata QE 1 dan QE 2 hanya diperuntukkan bagi penyelamatan korporasi raksasa, khususnya perbankan besar, asuransi dan sekuritas besar, investment banking, industri mobil, property dan multifinance property seperti Fanny Mae dan Freddy Mac. Sedangkan korporasi kecil dan menengahnya dibiarkan saja dan cenderung dilikuidasi jika menanggung hutang besar, sebuah kebijakan moneter yang kurang baik dan adil. Justru perusahaan UKM inilah yang menyerap banyak tenaga kerja, walhasil kinerja QE 1 dan QE 2 berhasil bagi bagi korporasi raksasa, tapi tidak bagi UKMnya. Dan ini terlihat jelas bahwa tingkat pengangguran di AS tetap tinggi dengan daya beli masyarakatnya tetap rendah bahkan makin menurun pula. Nanti akan terbukti bahwa the Fed akan terus memberikan program QE (mungkin hingga QE 6 - QE 7) unuk terus membuat ekonomi makin rusak, super bubble, dan bahkan ambruk oleh adanya skema Ponzy raksasa demi kepentingan bank-bank besarnya saja (ingat bahwa the Fed adalah milik bank besar AS juga) dan bukannya ekonomi UKM (main street economy).
           Maka akan ada reaksi dan efek berantai dengan tabrakan kecepatan tinggi, sehingga membentuk sebuah ledakan bom atom ataupun tsunami gelombang raksasa air laut ke daratan ke segala penjuru dan merenggut nyawa begitu banyak di berbagai lini dan wilayah sekitarnya layaknya kasus "Tsunami Aceh 2005 dan Jepang 2011", atau runtuhnya sebuah bangunan tua yang telah dilengkapi dengan berbagai detonator ke pilar-pilar utamanya untuk diledakkan secara bersamaan dan dengan cepat akan runtuh ataupun massa tanah dengan lereng curam tanpa pohon pengikat tanah gundul akan mudah runtuh atau tererosi oleh infiltrasi dan kejenuhan air hujan pada massa tanah dengan gravitasi gaya (berat) akan runtuh dan ambruk dengan banyak korban.  Jadi tentunya kita bukan saja harus melestarikan lahan hutan dan lahan pertanian berbukit sebagai tempat budidaya finansil di pasar global, tetapi juga melakukan sebuah konservasi keuangan yang baik dalam bisnis saham, obligasi, forex, komoditi dan riil.
            Manajemen risiko juga harus dapat menghindari konsentrasi portofolio yang berlebihan.   Hal  ini cukup bagus, tapi belum tentu tahu persis intrinsik portofolio masing-masing, bagaimana kinerja mereka dalam ruang dan waktu (time series), tergantung pada pengembangan dan kemajuan serta risiko yang mungkin ada dan terjadi dari setiap portofolio yang diinvestasikan. Ya jelas kita tidak boleh menempatkan sebagian besar telur (dana) pada sekeranjang hipotek sub-prime. Jadi haruslah dipilih keranjang portofolio dengan risiko rendah sesuai dengan strain bio-ritmik selang waktu bulanan (monthly) hingga tahunan (yearly) dan tidak didasarkan pada perhitungan matematis dan statistik linier yang sering salah dan tidak akurat dalam memprediksi adanya risiko sistemik dan volatilitas risiko eksternalnya.

          Setiap perusahaan ataupun individu harus mempunyai manajemen risiko untuk mampu menciptakan cadangan (reserve fund) yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang sudah diukur dan dihitung di masa depannya.  Untuk itu kita mengetahui risiko naik turunnya kondisi bisnis, kita dapat secara akurat dan cepat melakukan "strategi masuk dan keluar" secara efektif dan efisien secara surfing sesuai fluktuasi amplitude alunannya. Jika pasar bullish dan prospektif, kita dapat melakukan strategi secara efektif dan jika pasar bearish dan bergejolak, kita secara cepat dan efisien dapat menghindari potensi risiko kerugian. Ini adalah masalah yang tidak dapat memprediksi secara tepat waktu dan benar, selain faktor kepercayaan diri untuk mengurangi risiko Model Strategi Derivatif yang tidak benar dan justru berdampak buruk. Cadangan diperlukan tetapi jangan berlebihan karena akan menjadi sia-sia tanpa nilai tambah tinggi. Cadangan dibutuhkan untuk menutup risiko yang akan timbul di masa depan. Untuk itu perlu adanya penyelarasan dengan perhitungan risiko yang baik dan terandalkan.

           Manajemen risiko perbankan, property, multifinance dan leasing yang go public harus mampu mengelola besaran risiko kreditnya (baik dipinjam dari perbankan ataupun dana pihak ketiganya) untuk menghindari potensi kerugian yang relatif lebih tinggi. Top manajemen sering tidak tahu apa yang dilakukan unit manajemen risiko dan waktu satu tahun bukanlah waktu yang singkat untuk melakukan upaya preventif dalam mengatasi potensi risikonya.  Kita jangan  terlalu percaya diri dengan manajemen risiko derivatif untuk menghilangkan risiko model asuransi di mana semua pemegang polis akan menanggung risiko yang mungkin terjadi pada bagian atau anggota individual dari pemegang polis. Jelaslah ini tidak terkait erat dengan risiko sistemik derivatif  dalam bentuk bangunan berlantai 10. Akhirnya, para pemegang investasi mortgage dan derivatif yang harus menanggung risiko kerugian dan bukan bagi semua pemegang kebijakan, ini adalah metode kesalahan fatal. Salah satunya adalah bagi kasus Lehman Brothers yang ambruk karena salah dalam perhitungan skenario terburuknya (skenario pesimis).

       
     Mengalami risiko likuiditas  dan risiko pasar yang pasti terjadi dalam bentuk penarikan dana terburu-buru (rush), sehingga terjadi kekeringan likuiditas (unsolvent) dan risiko pasar yang mudah menguap pada kepanikan nasabah pada perbankan, investor di pasar saham dan finansil lainnya. Akibatnya akan timbul kerugian besar pada  nilai sahamnya pada pasar saham yang  jatuh drastis karena dijual secara masif (panic selling) oleh investor sahamnya untuk menutup kerugian subprime.  Inilah sebabnya mengapa Lehman tidak mampu memenuhi kewajibannya (wanprestasi dan kehilangan pelanggan), yang kemudian diperluas ke semua lini bisnis Lehman. Juga, risiko konsentrasi karena sebagian berada dalam satu keranjang portofolio subprime mortgage. Benar-benar janganlah menaruh semua telur (dana) hanya dalam satu keranjang besar. Pelajaran yang cukup ironis.
 Catatan Kaki :

         Fluktuasi jangka pendek (harian dan mingguan) akan terjadi secara alamiah yang dipengaruhi oleh kondisi mental, gairah, selera, motivasi dari psikologi massa global untuk mengambil posisi perdagangan dalam sebuah pasar yang padat dan sering bersifat chaos. Jika ada data atau berita yang sangat fundamental dari kondisi ekonomi, bisnis dan politik, pergerakan fluktuasi grafik harganya akan terjadi secara dinamis dan bergejolak baik meroket maupun jatuh bebas yang melebihi dari peramalan hariannya.  Tetapi secara jangka menengah dan panjang bagi investasi akan dipengaruhi secara dinamis oleh biosiklus dan bioritmik dari hukum dan kekuatan alamiah yang selalu bergerak dinamis naik dan turun. Jadi anda bukan saja harus berglobalisasi dengan sistim internet tapi juga sekarang seharusnya mempunyai visi dengan cara *Galaxisasi dengan Galaxinet* (Astronomis). 
         Dimana kita dapat mengetahui alunan dan kondisi Alam Semesta Raya ini dalam jangka pendek (10 tahun), jangka menengah 50 tahun maupun jangka panjang 100 - 200 tahun) yang akan juga secara nyata dalam sebuah "Kepastian Hidup (certainty) dan bukannya Ketidakpastian (uncertainty)" yang selalu dikeluhkan banyak pihak, termasuk para pemimpin pembuat kebijakan negara, para pemimpin kebijakan bisnisnya (pengusaha industri dan pedagang) maupun para pakar di berbagai bidang kehidupan. Pengaruh Kekuatan dan Hukum Galaxi (Alam Semesta Raya) ini pasti akan selalu mempengaruhi pada setiap aspek kehidupan kita di atas planet bumi ini, baik disadari maupun tidak disadari untuk diantisipasi dengan baik dan benar.
Anda dapat melihat Prediksi Bulanan dan Mingguan 
di Pasar Forex, Indeks Dunia dan Komoditi 
Kontak :
Edmond F. La'lang
Email  :   edmond.lalang@gmail.com
Telp.    :  +62031-3538606
HP         :   +62081-553080521 
Linkedin : 
http://www.linkedin.com/home?trk=hb_tab_home_topKontak :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar